Halaman

Minggu, 13 Maret 2016

Gameranger, software yang membuat semua game menjadi online

         


            Hai ini gue mau share sedikit tentang software namanya Gameranger. Software ini berfungsi sebagai server untuk menghubungkan game bisa disebut juga online. Game ranger juga sangat ringan dan tidak terlalu memberatkan komputer. Gue sendiri juga udah nyoba di game Need For Speed Most Wanted. Ini gue kasih cara-cara menginstall dan situs downloadnya :D
Download http://www.gameranger.com/download/

1.Cara yang pertama jalankan setupnya.
2. Sewaktu sedang menginstall anda akan disuruh REGISTER, register aja.
3. Setelah selesai anda harus memvertifikasi akun di email anda.
4. Setelah selesai anda cari game yang anda inginkan lalu Join atau anda ingin menjadi Host.
nb: misalkan gakbisa coba deh matiin firewallnya :beer:

Cobain deh. Gw udah nyoba bareng temen temen gw di president university

DOTA 2 versi yang lebih sempurna!


Sebuah mod yang berhasil menarik hati jutaan gamer di seluruh dunia, Defense of The Ancients (DOTA) memang menjadi fenomena tersendiri. Mengubah mekanik awal yang ditawarkan oleh Warcraft III, IceFrog menyuntikkan sensasi RPG yang lebih kental dengan membawa pertempuran hero sebagai fokus utama. Tidak lagi harus dipusingkan dengan strategi membangun unit, gamer kini dibawa dalam mode PvP yang cepat, intens, dan pastinya – memacu adrenalin. Berfokus membangun karakter dengan perannya masing-masing dan memainkan peran terbaik dalam pertempuran tim, DOTA bahkan diakui sebagai salah satu game kompetitif yang seringkali dipertandingkan di kancah internasional. Tidak salah jika Valve tertarik untuk mengakuisisi nama yang satu ini.

Perjalanan akuisisi Valve atas nama DOTA memang bukan perkara mudah. Sempat mengalami konflik dengan Blizzard sebagai pemilik Warcraft III, perseteruan ini untungnya berakhir damai. Valve berkesempatan untuk terus melanjutkan terus proyek ambisius ini, menawarkan berbagai modifikasi di sisi visual dan tentu saja mekanik gameplay yang lebih seimbang. Memasuki proses beta dan berhasil menjaring ratusan ribu gamer selama proses ini, Valve akhirnya siap untuk keluar dari fase yang satu ini. Setahun sejak rilis betanya, Valve akhirnya secara resmi merilis DOTA 2 secara bebas kepada publik. Sembari memastikan proses peralihan ini tidak akan mengganggu pengalaman mereka yang sudah masuk ke dalam masa beta, DOTA 2 akhirnya terbuka bagi setiap gamer lewat sistem F2P yang ia usung.


Mengingat masa beta yang sudah berakhir dan eksistensinya sebagai sebuah game resmi yang terbuka secara komersil, ini menjadi momen yang tepat bagi JagatPlay untuk melemparkan beberapa impresi yang sempat kami tangkap, tentu saja – selama setahun terakhir ini. Apa saja yang berubah? Menjadi lebih baik atau lebih buruk? Atau ia masih belum mampu menundukkan popularitas DOTA pertama?

Urusan hak dagang atas nama memang memaksa Valve untuk melakukan beberapa penyesuaian, mengingat versi pertama DOTA memang dibangun dari model karakter dari beberapa game ikonik Blizzard – dari Warcraft III hingga Starcraft. Untuk memastikan game MOBA teranyar mereka ini tidak terus melewati proses hukum, Valve akhirnya mengubah beberapa aspek yang signifikan, terutama di sisi kosmetik.

Salah satu yang paling signifikan adalah perubahan model karakter yang digunakan. Walaupun hadir dengan model karakter yang jauh berbeda dengan lebih halus, Anda tetap dapat menemukan beberapa ciri utama karakter yang tetap dipertahankan dari seri pertamanya. Konsep ini mempermudah para gamer DOTA pertama untuk menyesuaikan diri dengan cepat, terutama mereka yang belum familiar dengan desain baru hero yang ada.  Tidak hanya dari model  karakter, Valve juga menyuntikkan nama yang lebih “umum” untuk mencegah permasalahan lebih jauh.


Perubahan visualisasi ini juga diterapkan untuk beragam desain item dan persenjataan yang ditawarkan di toko. Memang butuh waktu lebih lama bagi para gamer pendatang baru ataupun mereka yang sempat mencicipi DOTA pertama untuk menguasai aspek ini lebih dalam. Tidak hanya sekedar mempelajari desain item dan resep yang untungnya, sedikit terbantu dari penjelasan yang tetap disertakan ketika Anda melakukan hover di setiap item yang ada, Anda juga mulai harus menghafal kembali lokasi item yang kini ditempatkan dalam pengakategorian yang berbeda. Setiap hero juga akan hadir dengan rekomendasi item untuk memaksimalkan kemampuan terbaiknya, membantu para pendatang baru untuk lebih dapat menguasai game ini dengan lebih cepat.

GTA V bikin ketagihan

Seri Grand Theft Auto (atau akrab disingkat GTA) merupakan seri game yang luar biasa populer dari developer Rockstar. Seri ini bermula dari sebuah game open-world 2D dengan sudut pandang kamera top-down dan kepopuleran yang biasa saja, menjadi sebuah game open-world 3D yang sering kali menjadi patokan dasar untuk game lain dengan genre sejenis. Di seri utamanya yang kelima (karena banyak sekali spin-off dari seri Grand Theft Auto), Rockstar kembali menunjukkan kemampuannya untuk menyajikan sebuah dunia yang seru untuk diporak-porandakan, serta cerita yang penuh dengan satire dan referensi ke hal-hal yang berbau ke sosial politik serta kultur populer.
Sebagai salah satu game terbesar di tahun 2013, dan juga merupakan salah satu perilisan ulang terbesar di tahun 2014, sudah sepantasnya kalau Games in Asia akan menyajikan ulasan lengkap game ini untuk kamu. Tapi karena Games in Asia belum pernah menyajikan review Grand Theft Auto V secara lengkap, maka dalam artikel ini saya akan membahas GTA V secara keseluruhan, ditambah dengan perbedaan-perbedaan yang dapat kamu rasakan di versi console generasi lalu dengan generasi sekarang. Tanpa basa-basi lagi karena saya tidak mau Trevor memukuli saya yang membuka artikel ini terlalu panjang, langsung saja kita masuk ke pembahasannya.



Satire Dan Kegilaan

Salah satu hal yang paling seru di Grand Theft Auto V adalah cerita yang diusungnya. Sebuah perubahan paling besar yang dapat kamu temukan di sini adalah adanya tiga karakter sekaligus yang menjadi pemeran utama. Masing-masing karakter memiliki karakteristik unik tersendiri yang membuat game semakin menarik. Kamu akan dikenalkan dengan Michael De Santa yang merupakan seorang pria paruh baya dengan memiliki masalah depresi karena keluarganya yang meskipun berkecukupan bisa dibilang berantakan. Karakter kedua adalah Franklin Clinton, seorang pemuda kulit hitam yang berusaha untuk meniti karir di jalur kriminal sekaligus ingin keluar dari lingkungannya. Terakhir tentu saja Trevor Philips, seorang psikopat paruh baya dan teman satu komplotan Michael dari bertahun-tahun yang lalu.



Hubungan ketiga karakter ini, sekaligus intrik pribadi mereka, membuat Grand Theft Auto V menjadi salah satu game dengan cerita paling menarik yang dirilis beberapa tahun terakhir. Selain adanya sudut pandang yang sangat bervariasi, game ini juga memiliki kualitas writing yang sangat bagus dan dijamin bisa membuat kamu tertawa sekaligus menjadi lebih kritis. Kenapa bisa jadi lebih kritis? Karena seperti yang sempat saya singgung di atas, banyak satire dan sindiran terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan isu sosial dan politik dapat kamu temukan di sini.
Selain menambah kedalaman tersendiri dari segi naratif, adanya tiga protagonis yang bisa kamu mainkan di sini tentunya juga menambah seru gameplay dari Grand Theft Auto V. Ditambah lagi selama kamu mengendalikan seorang karakter, karakter lainnya tidak hanya akan diam begitu saja. Bisa jadi saat kamu tengah mengendalikan karakter kemudian berpindah ke karakter lain, karakter baru tersebut akan tengah sibuk melakukan aktivitas tertentu. Misalnya saja karakter seperti Trevor yang tiba-tiba akan kamu kendalikan dalam keadaan hang-over di tempat antah-berantah dengan hanya menggunakan celana dalam saja.

Tidak lupa juga kamu bisa saja bertemu protagonis yang lain ketika tengah berjalan-jalan keliling Los Santos. Jika ini terjadi, kamu akan disuguhi dengan obrolan-obrolan tertentu yang jelas sangat menarik untuk diikuti. Melihat betapa dinamisnya Grand Theft Auto V sering kali membuat saya kagum game ini bisa dirilis di mesin setua PlayStation 3 dan Xbox 360 dan bisa muat dalam sekeping Blu-ray saja.

Laneway Festival 2016 in Singapore


Laneway Festival 2016 di negara singa telah usai. Kesan puas nampak terlihat di wajah para hadirin malam itu. Bagaimana tidak, Laneway Festival 2016 menggelar pesta sehariun penuh bahkan sejak matahari berada tegak lurus dengan kepala pada siang hari. Secara bergantian para pengisi acara tampil menghibur. Kemeriahan dimulai sejak Violent Soho, Thundercat serta The Internet kala siang memainkan nomor-nomor handal mereka.
Kemudian bergantian Cashew Chemist, Battles, Shamir hingga The 1975 membuat seisi kawasan The Meadow, Gardens by the Bay bergoyang. Terik matagari yang kian surut berganti senja semakin hangan dengan deret stand bir dan liquor yang nampak begitu menyegarkan. Malam pun memasuki gilirannya. Pesta ditutup sempurna secara berurutan oleh Beach House, Grimes, Chvrches dan Flume di Garden dan Bay Stage. Juga jangan lupakan penampilan apik dari METZ dan purity Ring di Cloud Stage serta pesta meriah di White Room yang dikomandoi oleh JPS hingga B Bravo.

Thundercat




Syd




B Bravo




Lauren Mayberry (Chvrches)

Artic Monkey bikin seru hari kita!



Nama ‘Arctic Monkeys’ merupakan pilihan nama yang diberikan oleh gitaris Jamie Cook, dan dia belum pernah memberikan alasan yang sebenarnya kepada personel lainnya termasuk Alex Turner.
Sebenarnya, vokalis pertama Arctic Monkeys itu adalah Glyn Jones, karena Alex Turner masih terlalu malu pada saat itu untuk menempati posisi tersebut.
Bertahun-tahun Arctic Monkeys latihan bersama di sebuah garasi milik Alex Turner, mereka semua memiliki antusias di gitar, dan akhirnya dilatih secara rutin di tempat tersebut mulai tahun 2002.
Matt Helders mengambil posisi drummer karena sudah tidak ada lagi pilihan, sementara yang lain sudah memilih masing-masing instrument.

Alex Turner pertama kali datang ke sebuah gig yang mempengaruhi hidupnya ketika menonton The Vines di Manchester, Alex Turner sangat terbius oleh aksi Craig Nicholls.
Sebelum bergabung dengan Domino Records, Arctic Monkeys banyak dikenal dengan menyebarkan demo-demonya secara bebas di beberapa website file-sharing.
Arctic Monkeys pernah mendapatkan penghargaan dari Guiness World Record untuk penjualan debut album tercepat di UK, lewat album “Whatever People Say I Am, That’s What I Am Not” yang terjual sebanyak 363,735 keping di minggu pertama dan 113,000 di hari pertama.
Selain itu di Amerika, album tersebut menjadi album dengan penjualan tercepat kedua untuk Debut Indie Album pada tahun 2006.

Alex Turner dilaporkan sebagai orang terkaya ke-16 yang berumur di bawah 30 tahun di Inggris Raya.
Arctic Monkeys mencatat sejarah sebagai band pertama yang mendapatkan penghargaan dari ShockWaves NME Awards untuk dua kategori, yaitu Best New Band dan Best British Band pada tahun 2006.
Arctic Monkeys menyukai The Wizard Of Oz.

Thom Yorke pernah berkomentar cukup pedas tentang kesuksesan Arctic Monkeys dengan menyinggung industri musik sudah semakin buruk dengan berkembangnya music mainstream.
Arctic Monkeys merasa tidak terganggu oleh komentar tersebut, mengingat betapa album-album Radiohead sudah banyak mengisi kehidupan muda para personelnya.
Sebelumnya, beberapa personel Arctic Monkeys termasuk Alex Turner menyukai musik Hip Hop pada saat muda, dan akhirnya terjadi perubahan terhadap pandangan musik yang mereka suka ketika melihat band-band seperti The Strokes, The Libertines dan Queen of the Stone Age di sebuah festival musik lokal.

Alex Turner mengaku, kalo dia banyak menulis lagu pada saat dini hari, di mana suasananya begitu sunyi dan sepi. Tidak jarang aktivitasnya sering dibalik, malam berarti siang, dan siang berarti malam.
Alison Mosshart dari The Kills pernah membantu proses penulisan lagu “Fire and the Thud” di album Humbug, bahkan dia ikut membantu menjadi backing vocals.
Matt Helders sering membuat sebuah pesan di bass drum-nya menggunakan ‘lakban’ di setiap penampilannya. Beberapa pesan yang sering dipasangnya adalah ‘Guilty Feet Have Got No Rhythm’, ‘The Funk Might Fracture Your Nose’ dan ‘Agile Beast’.

Lagu ‘Fluorescent Adolescent’ ditulis Alex Turner dan kekasihnya Johanna Bennett pada saat liburan di Mediterranean.
Alex Turner menulis lagu-lagu untuk film Submarine.
Jamie Cook adalah pemain bola untuk tim Packhorse FC.
Matt Helders pernah terluka dan cidera tangan kirinya pada saat melakukan olahraga berat di boxing ring. Dia selalu menjuluki dirinya sebagai ‘The Bionic Drummer’.
Influence terbesar Matt Helders adalah drummer Led Zeppelin, John Bonham.
Semua personel Arctic Monkeys sudah saling kenal sejak usia mereka 7 tahun.
Judul debut album Arctic Monkeys ‘Whatever People Say I Am, That’s What I’m Not’ merupakan quote yang diambil dari buku dan film karya Albert Finney yang berjudul Saturday Night And Sunday Morning.

Lagu “Brianstorm” menceritakan tentang seorang fan ‘aneh’ (termasuk dandanannya) yang tiba-tiba datang ke ruang ganti di salah satu penampilan Arctic Monkeys di Osaka, Jepang.
Minuman favorit Alex Turner adalah Bourbon
Album favorit Alex Turner adalah Rubber Soul milik The Beatles
Lagu Arctic Monkeys yang jadi favorit Matt Helders adalah “Dance Little Liar”
Puisi John Cooper Clarke yang berjudul “Out Of Control” tertempel di cover belakang single Arctic Monkeys yang berjudul “Fluorescent Adolescent”.

Josh Homme (Queen of the Stone Age) pernah tampil bersama Arctic Monkeys pada saat mereka tampil di Pappy and Harriets, California.
Bait lirik …“Your name isn’t Rio, but I don’t care for sand…” di lagu “I Bet You Look Good On The Dancefloor” terhubung dengan lagu Duran Duran yang berjudul “Rio”.
Pada saat tour panjang, personel Arctic Monkeys sering menonton The Wire dan menjadi tontonan wajib saat tour.

Lagu “Potion Approaching” ditulis Alex Turner karena terinspirasi oleh kecintaannya pada mobil Mini kesayangannya bernama, Floyd.